Medan | Jurnal Asia
Di tengah persaingan perguruan tinggi di Medan, Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia hadir dengan program edukasi beragam. Tentunya dengan orientasi menciptakan generasi yang mandiri, kreatif, inovatif, mampu menyediakan lapangan kerja, dan berbuat lebih banyak untuk kepentingan orang banyak. Tentu pendidikan semacam ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pola mental, pola pikir dan pola kerja yang berciri entrepreneurship. Inilah yang merupakan tantangan utama dan sekaligus peluang besar di dalam menghasilkan para usahawan muda (young entrepreneur).
Demikian ungkap Martua Sitorus, Co-Founder Wilmar International, saat Seminar Peran Pendidikan Strategis Vokasi Berkewirausahaan dalam pembangunan Sumber Daya Manusia. Kegiatan ini juga dibarengi bersama gelaran peresmian sekaligus syukuran Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia (WBI), Jumat (6/11) siang di Ballroom JW Marriot Hotel. Hadir dalam kesempatan itu sebagai pembicara yakni: Prof.Ainun Naim,PhD, MBA dari Sekjend Kemenristek Dikti, kemudian Megawati Santoso PhD dari Institut Teknologi Bandung. Selain itu, turut serta Kopertis Prof.Dian Armanto bersama undangan dari kalangan pebisnis, mahasiswa dan juga pemerhati pendidikan di Sumatera Utara.
Diketahui juga bahwa Politeknik wilmar didirikan atas visi dari bapak Martua Sitorus, Co-Founder Wilmar International, untuk berperan serta membangun bangsa melalui pengembangan usahawan muda. Pemikiran utama dari pendirian sendiri dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri setelah lulus dari perguruan tinggi terlepas dari besar kecilnya usaha yang dibangun.
Pemikiran tentang pengembangan sumber daya manusia berkemampuan entrepreneur ini muncul melihat kenyataan bahwa ada korelasi positif antara pertumbuhan atau jumlah entrepreneur dengan kemajuan suatu negara. Ini didapat dipahami karena semakin banyak entrepreneur, maka semakin banyak tercipta lapangan kerja, sehingga ekonomi semakin kuat dan kesejahteraan semakin meningkat.
“Kita melihat bahwa hingga saat ini lulusan perguruan tinggi di Indonesia lebih berorientasi job seeker (pencari kerja) daripada jobs creator (pencipta lapangan kerja). Bahkan lulusan sekolah bisnis pun banyak yang lebih memilih menjadi profesional dibandingkan entrepreneur. Hal ini juga memberi kesan bahwa menjadi entrepreneur adalah ada faktor genetika atau talenta, sementara kami berpendapat bahwa entrepreneur juga dapat diperoleh melalui pendidikan,” ujar Martua Sitorus.
Meskipun ada pendapat yang meragukan keberhasilan entrepreneurship education, namun kami percaya bahwa institusi pendidikan merupakan lembaga yang tepat untuk secara berkesinambungan menciptakan generasi yang mandiri, kreatif, inovatif, mampu menciptakan lapangan kerja, dan mampu berbuat lebih banyak untuk kepentingan orang banyak, dibandingkan menyerahkannya kepada bakat atau talenta. Tentu pendidikan semacam ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pola mental, pola pikir dan pola kerja yang berciri entrepreneurship. Inilah yang merupakan tantangan utama dan sekaligus peluang besar di dalam menghasilkan para usahawan muda (young entrepreneur).
Lebih Lanjut, Martua menyebut, dengan keyakinan bahwa entrepreneur dapat dilahirkan melalui proses pendidikan maka mahasiswa yang belajar di WBI harus dapat merasakan dan menimba pengalaman berwirausaha menjalani pendidikan. Di semester pertama para mahasiswa diberi kesempatan untuk berjualan (proyek sales), di semester dua para mahasiswa dengan model bisnis dan tahun ke dua sudha harus memulai atau start up bisnisnya. Tahun ke tiga mahasiswa WBI harus mampu mengevaluasi bisnis yang dirintisnya seperti melakukan inovasi terhadap bisnis yang dimulai, agar dapat tumbuh dan berkembang.
Dengan dukungan yang kuat dari Wilmar Group, maka diharapkan WBI akan menjadi tempat yang tepat dan kondusif untuk melahirkan para entrepreneur muda Indonesia. Fasilitas WBI dilengkapi dengan gedung kampus sendiri yang megah, dengan 6 lantai, ruang kelas yang nyaman dilengkapi dengan peralatan multimedia serta laboratorium dan perpustakaan yang baik dan lengkap untuk turut membantu para mahasiswa dalam menggapai cita-citanya sebangai seorang entrepreneur terdidik dan sukses. Lebih lanjut, WBI juga memiliki 5 nilai inti yang diterapkan untuk mendukung pembentukan entrepreneur muda dan sukses yakni profesional, integritas, inovatif, awareness dan team work. Kelima nilai inti ini selalu disampaikan kepada seluruh mahasiswa selama mereka menjalani proses pendidikan di WBI.
Pada saat ini, Politeknik WBI memiliki 3 Program Studi, yakni Akuntansi Keuangan (D-4), Manajemen Pemasaran (D-4) dan Perpajakan (D-3). Profil lulusan program studi ini adalah sebagai seorang sarjana terapan bidang akuntansi keuangan yang berjiwa entrepreneur, ataupun seorang sarjana terapan bidang manajemen pemasaran yang berjiwa entrepreneur. Dalam dua tahun kedepan Politeknik WBI akan dilengkapi dengan program studi lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan ketersediaan sumber daya alam dan perkembangan industri yang di Indonesia, khususnya Sumatera Utara. (rel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar